psikologi perkembangan anak

Milestone Psikologi Perkembangan Anak, Apa yang Perlu Diperhatikan?

Seiring berjalannya waktu, anak-anak tumbuh dan berkembang. Tidak hanya fisik yang berubah, tetapi juga psikologi si Kecil. Melihat anak berkembang pasti menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi orangtua. Namun, itu juga bisa sangat menyeramkan dan membingungkan. Apalagi, jika Bunda baru mengalaminya pertama kali. Ini karena kita tidak tahu apa yang dianggap normal dan tidak.

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai psikologi perkembangan anak, Bunda harus tahu lebih dulu apa itu sebenarnya. Kemudian, Bunda dapat mengetahui mengapa ia sangat penting.

 

Apa itu psikologi anak?

psikologi anak
Anak-anak memiliki cara pikir yang unik dan berbeda dari orang dewasa

Salah satu dari sekian banyak cabang psikologi adalah psikologi anak. Ini juga paling banyak dipelajari. Cabang ini secara khusus mempelajari pikiran dari perilaku anak. Mulai dari prenatal hingga remaja. Dengan kata lain, psikologi perkembangan anak tidak hanya membahas bagaimana Si Kecil tumbuh secara fisik, tetapi juga menyangkut mental, emosional dan sosial mereka.

Secara historis, anak-anak sering dilihat sebagai versi orang dewasa dalam tubuh yang lebih kecil. Namun, suatu hari, seoranf filsuf dan ilmuwan, Jean Piaget, mengembangkan teori yang menyatakan bahwa anak-anak sebenarnya memiliki cara pikir yang berbeda dari orang dewasa.

Kini, dapat dipahami bahwa psikologi anak sangat unik dan kompleks. Oleh sebab itu, psikologi perkembangan anak penting untuk diperhatikan. Untuk memahaminya, psikolog anak biasanya mengamati bagaimana Si Kecil berinteraksi dengan orangtua, dirinya sendiri, serta dunia di sekitarnya.

 

Tahapan perkembangan psikologi anak

Beberapa psikolog perkembangan anak kerap membagi prosesnya sesuai fase kehidupan Si Kecil. Masing-masing periode ini mewakili perkembangan yang mereka alami. Beberapa anak mungkin mengalami kesulitan dalam prosesnya. Oleh sebab itu, dengan mengetahui tahapan perkembangan psikologi anak, diharapkan dapat menjadi panduan Bunda dan membantu Si Kecil ‘kembali ke jalurnya’.

1. Bayi (Lahir – 2 Tahun)

Membesarkan bayi, terutama untuk pertama kalinya, sangat menyenangkan sekaligus menantang. Tahap ini menjadi waktu penting untuk mengembangkan ikatan yang akan bertahan seumur hidup. Bunda juga membantu Si Kecil untuk memiliki hubungan positif dengan orang lain karena pada tahap ini ia juga berkenal dengan orang-orang baru. Pahami bahwa setiap anak itu unik dan orangtua harus belajar memahami, menghormati, mendukung, serta kemampuan mereka.

2. Balita (18 bulan – 3 Tahun)

Ketika anak mengambil langkah pertamanya, fase baru dalam perkembangannya dimulai. Pada tahap ini, mereka mulai mengeksplor lingkungan sekitarnya. Ia mulai mempelajari nama-nama objek yang membuatnya tertarik, banyak bertanya, juga mulai bisa berkata “tidak”.

Pada tahap ini, tantangan utamanya adalah menghadapi apa yang disebut oleh para psikolog dengan ‘regulasi emosional’. Anak-anak mulai sering ‘mengamuk’. Meski begitu, Bunda dapat menggunakan kedekatan dengan Si Kecil untuk membantunya mengatur emosi. Secara naluriah, mereka sudah bisa mengatakan “tidak”. Namun, mereka juga harus diajarkan untuk menerima kata “tidak” dari orang lain.

anak emosional
Bunda bisa membantu Si Kecil mengatur emosinya selama tahap perkembangan.

3. Prasekolah (3-6 Tahun)

Pada tahap ini, sebagian besar anak sudah memulai masa prasekolah dan masuk taman kanak-kanak. Hal terpenting selama periode tersebut adalah bermain. Pastikan semua jenis permainan menarik dan mendorong perkembangan bahasa, sosialisasi, dan kreativitas Si Kecil.

Salah satu permainan yang bisa dicoba adalah Cussons Kids Play yang bisa diunduh melalui Google Play berikut bit.ly/CKPLAY. Di dalamnya, terdapat game Amazing Race Through Time With Hot Wheels untuk anak laki-laki dan Rainbow Castle Adventure untuk anak perempuan. Permainan ini dirancang khusus untuk merangsang kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah, serta mengembangkan imajinasi dan kreativitas Si Kecil. Kedua game tersebut juga dapat mempererat ikatan dan kekompakan Bunda dan Si Kecil dengan cara yang menyenangkan dan penuh petualangan!

Di masa prasekolah ini, anak-anak perlu berinteraksi secara kooperatif dengan sebayanya. Namun, di saat yang bersamaan juga harus memiliki mental yang siap untuk bersaing. Orangtua berperan sebagai ‘pelatih’ yang memberikan kombinasi dukungan dan bimbingan. Orangtua juga perlu menjadi ‘guru’ untuk membantu mereka menguasai pembelajaran dasar serta mendorong diskusi aktif mengenai konsep dan keterampilan baru.

4. Usia sekolah (6-12 Tahun)

Menyaksikan Si Kecil mencoba aktivitas baru dan mendapatkan prestasi, menjadi salah dua hal yang menyenangkan orangtua. Namun, anak-anak di usia sekolah biasanya membutuhkan pengawasan lebih dari biasanya. Mereka juga sednag bersiap menghadapi kemandirian. Si Kecil mulai belajar membuat pilihan yang baik dan melatih disiplin diri pada usia ini. Bunda bisa memberikannya beberapa tugas dan di saat yang bersamaan mengajarkan tentang moral.

Saat Si Kecil berhasil menyelesaikan tugas, Bunda harus memberikan pujian dan dukungan. Namun, ketika melakukan kesalahan, biarkan mereka belajar menghadapi konsekuensi sehingga dapat membantunya belajar.

 

Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan psikologis anak

Perkembangan psikologi anak dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk internal dan eksternal. Selain genetika dan karakteristik personal, lingkungan sekitar seperti hubungan sosial dan budaya juga memainkan peran penting. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan terkait perkembangan psikologi anak:

1. Budaya

Budaya tempat tinggal anak memengaruhi nilai, adat, dan cara hidupnya, bahkan bisa terbawa hingga mereka dewasa. Budaya memainkan peran dalam hubungan anak dan orangtua, jenis pendidikan serta pola pengasuhan.

2. Sosial

Hubungan antara Si Kecil dengan teman sebaya maupun orang dewasa berpengaruh pada cara mereka berpikir, belajar dan berkembang. Keluarga dan sekolah menjadi bagian penting dari konteks sosial.

3. Sosio-ekonomi

Kelas sosial juga memainkan peran penting dalam psikologi perkembangan anak. Anak-anak yang dibesarkan dengan status sosio-ekonomi yang tinggi cenderung memiliki akses hidup yang lebih baik. Sebaliknya, mereka yang berasal dari kelas sosial rendah, kerap kesulitan mendapatkan akses kesehatan, nutrisi yang berkualitas dan pendidikan. Hal-hal tersebut dapat memberikan dampak bagi psikologi anak.

Ketiga faktor eksternal di atas pada dasarnya saling berkaitan. Sebagai contoh, anak yang mungkin memiliki lebih sedikit kesempatan karena status ekonomi yang rendah, tapi jika ia tumbuh di lingkungan dengan ikatan sosial dan budaya yang kuat, itu dapat membantu menyeimbangkan psikologisnya.

 

Peran orangtua dalam perkembangan psikologis anak

peran orangtua
Bunda bisa menjadi pendengar yang baik untuk Si Kecil

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, lingkungan sekitar sangat berpengaruh pada psikologi perkembangan anak. Termasuk pola pengasuhan di rumah. Berikut tujuh hal yang bisa Bunda lakukan untuk memahami perkembangan psikologis Si Kecil:

1. Observasi

Salah satu cara simpel nan efektif untuk memahami Si Kecil adalah dengan observasi. Tunjukkan ketertarikan pada apa yang mereka lakukan atau katakan, kemudian matai tingkah laku, ekspresi, serta temperamennya. Pahami bahwa setiap anak itu unik dan mungkin berbeda dengan teman atau saudara-saudaranya.

2. Habiskan waktu berkualitas dengan Si Kecil

Jika ingin lebih memahami Si Kecil, Bunda harus menyediakan waktu untuknya. Obrolan dengan Si Kecil akan memberi tahu Bunda apa yang terjadi dalam kehidupannya di rumah dan sekolah. Mungkin juga tentang acara musik atau televisi yang disukainya, serta hal-hal yang membuat mereka bersemangat.

3. Perhatikan lingkungan sekitar Si Kecil

Penelitian menunjukkan bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungan tempat mereka tumbuh dan berkembang. Suasana di rumah dapat memengaruhi perkembangan otak anak, yang kemudian berdampak pada kemampuan bahasa dan kognitif mereka. Hal yang sama juga berlaku saat anak berada di luar rumah. Tingkah laku mereka dipengaruhi oleh kualitas interaksi dengan orang-orang sekitarnya. Luangkan waktu untuk mengamati bagaimana Si Kecil bersosialisasi dengan orang lain.

4. Mendengarkan

Mendengarkan menjadi aspek penting saat berkomunikasi dengan Si Kecil. Bunda bisa memulai percakapan agar mereka mau bercerita, tapi setelahnya berusahalah mendengarkan. Terkadang, Si Kecil sulit mengekspresikan dirinya. Oleh sebab itu, sangat penting untuk memperhatikan setiap kata yang mereka sampaikan. Juga bahasa tubuh mereka.

5. Ajukan pertanyaan yang mendorong komunikasi

Dibanding bertanya “apakah kamu suka lagu ini?’, lebih baik Bunda memberikan pertanyaan yang jawabannya tidak hanya “ya” atau “tidak”. Misalnya seperti, “apa yang kamu pikirkan tentang lagu ini?”. Dengan begitu, Si Kecil akan menjadi lebih terbuka dan berbicara lebih banyak.

6. Tunjukkan empati

Terkadang emosi anak berasal dari rasa tidak berdaya dan frustasi. Meski Bunda tidak memiliki perasaan yang sama, tapi tanggapi apa yang mereka rasakan dengan serius. Tunjukkan bahwa Bunda menghormati perspektif mereka. Namun di sisi lain, Bunda juga bisa mengajarkan batasan kepada Si Kecil mengenai perilakunya.

7. Pahami temperamen anak

Setiap anak memiliki cara unik untuk berinteraksi dengan dunia. Ada yang lebih fleksibel, ada juga yang merasa nyaman dengan rutinitas. Beberapa dari mereka juga lebih sensitif dibanding yang lainnya. Anak-anak memiliki cara berbeda dalam menghadapi transisi dan perubahan. Pahami bagaimana Si Kecil menyelesaikan masalah di sekitarnya agar dapat mendukung perkembangan mereka dengan lebih baik.

 

Gangguan psikologis yang biasanya terjadi pada anak

Berikut adalah beberapa gangguan psikologis yang biasanya terjadi pada Si Kecil:

  • Gangguan Kecemasan Umum

Ini dapat menyebabkan anak-anak khawatir secara berlebihan. Anak-anak yang baru mulai masuk sekolah kerap mengalami hal ini. Terutama karena mereka akan memasuki dunia baru dan cemas akan berpisah dari orangtuanya.

  • Gangguan Stres Pascatrauma (PTSD)

Gangguan ini biasanya terjadi pada anak-anak yang mengalami kekerasan fisik maupun seksual, menyaksikan peristiwa yang menakutkan dan membuat trauma, atau pernah menjadi korban periksakan.

  • Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Si Kecil yang terlalu aktif, impulsif, dan sulit fokus, kemungkinan memiliki ADHD. Berdasarkan penelitian, lebih banyak anak laki-laki dibanding perempuan yang mengalami hal ini. Meski begitu, penyebab utama ADHD belum benar-benar dipahami.

  • Gangguan makan

Kebalikan dari ADHD, gangguan makan lebih sering terjadi pada anak perempuan dan biasanya dimulai di usia sekolah. Gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia dapat memberikan konsekuensi serius pada perkembangan fisik dan kesehatan mereka.

 

Jika anak mengalami gangguan psikologis

gangguan psikologis anak
Hubungi psikolog anak jika Si Kecil mengalami gangguan psikologis

Apabila memiliki hubungan yang hangat dan terbuka dengan orangtuanya, anak cenderung dapat menyampaikan apa yang mereka rasakan dengan mudah. Jika Si Kecil menceritakan keresahannya, Bunda sebaiknya mendengarkan dengan serius. Peluk ia dan bantu selesaikan masalahnya.

Namun, jika Si Kecil mengalami keresahan dalam waktu lama—bahkan sampai perilakunya berubah dan mengganggu kegiatan sehari-harinya—tidak ada salahnya meminta bantuan profesional. Bisa meminta bantuan guru, konselor di sekolah, hingga psikolog anak. Seringkali, tindakan yang direkomendasikan oleh para profesional tidaklah rumit dan biasanya melibatkan peran keluarga.

Psikolog akan membantu Si Kecil mengeksplorasi perasaan dan perilakunya. Perawatannya meliputi terapi bicara atau konseling. Meski begitu, dalam beberapa kasus, ada anak-anak yang membutuhkan obat-obatan untuk mengatasi gangguan psikologisnya. Mereka perlu diperiksa oleh spesialis terlebih dulu sebelum diberi resep obat apa pun.

Leave a Reply

0 Comments

Submit a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *